The Owner! Assalamualaikum! Welcome to my blog. Friends! Namaku Muhammad Rafid Nadhif Rizqullah. Kalian boleh memanggilku Rafid atau Nadhif. Aku ketua KPCI 2013 :D pelajar dan penulis. Bandung, Indonesia Tagboard! ![]() Credits!
| My Schoool Activity
Karya :Muhammad Rafid NAdhif Rizqullah
Matahari bersinar terang. Cuaca di pagi hari ini sangat cerah. Awan-awan juga seakan menyambut pagi yang cerah ini. Sekarang, aku sudah sampai di sekolahku. Aku berjalan memasuki sekolahku. Tepatnya, di gedung A. Sekolahku ini, menurutku bagus lho!. Nama sekolahku adalah SD IT Fithrah Insani. Yaaa… sekolah ini adalah islam terpadu. Disini, aku dan teman-temanku bisa menghafal Al-Qur’an. Oh, iya! sekolah ini full day. Maksudnya, di sekolah ini masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 14.30. Agar kalian tahu sekolah ku ini, aku akan memberitahu lebih jelas sekolah ini. Di gedung A, terdapat 3 tingkat namun luas. Banyak tangga disini. Di gedung A, ini adalah ruangan kelas 1, 2, 3, 4, dan 6. Jika kelas 5, tertempat di Gedung B. Gedung B, ada 2 lantai. Di gedung B, selain ada kelas 5, ada juga ruang perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium komputer. Kantornya, berada di sebelah gedung B. Parkirannya, ada di depan koperasi sekolah. Koperasi sekolahku bernama Inset.
Sudah ah kembali ke cerita! Aku bersalaman dengan guru-guru yang ada disini. Setiap pagi, guru-guru disini berjajar di dekat pagar. Jadi, anak-anak bersalaman terlebih dahulu sebelum masuk kelas. Setelah aku bersalaman, aku membuka sepatu. Aku segera mengambil sepatu yang tadi aku pakai. Dengan cepat, aku berjalan ke kelasku. Kelasku berada di lantai 2. Sebelum ke lantai 2, tentunya aku harus menaikki tangga. Sesampainya di lantai 2, aku langsung berlari menghampiri kelas ku. Yaitu kelas 4 Zaid bin Haritsah (4 A). Dikelasku, sudah banyak teman yang masuk. Dengan cepat, aku menurunkan kursi yang berasal di atas meja. Lalu, aku menyimpan tas di kursi yang tadi aku turunkan. Tak lupa, aku membuka tas dan mengambil buku penghubung. Buku penghubung adalah buku untuk melihat aktivitas kita di sekolah ataupun di rumah dan juga, bisa untuk berkomunikasi. Aku berlari ke arah meja guru. Disana, aku mengumpulkan buku penghubung. Kemudian, aku pergi keluar kelas. Aku tidak pergi ke tempat yang terlalu jauh, tapi aku cukup melihat pemandangan sambil mendengarkan lagu yang di setel setiap pagi. Lagu-lagu yang di setel itu, bisa terdengar sampai kantor. Bahkan, sampai parkiran juga terdengar kok..
By the way, kalian pasti penasaran sekaligus mau tahu nama aku kan?. Yuk kita kenalan dulu! Namaku Muhammad Rafid Nadhif Rizqullah. Kalian bisa memanggilku Nadhif atau Rafid. Tetapi, kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan Nadhif. Terserah kalian aja deh mau yang mana!. Salam kenal ya, sobat! kita lanjukan aja ke cerita!
Tiba-tiba, bel berbunyi. Bel di sekolah ku ini bukan berdering, lonceng, atau bel yang seperti biasa. Bel disekolahku ini adalah nada/music lagu kebangsaan. Contoh, Indonesia pusaka, Sorak-sorak bergembira, dan sebagainya. Semua murid kelas 1 – 4 berbaris dengan rapi. Termasuk kelasku. Aku berbaris tepat di urutan belakang. Meski bukan paling belakang. KM di kelasku menyiapkan. “Siiaaap gerak!” seru Naufal. Naufal adalah KM di kelas ku. Aku dan teman-temanku bersiap. Tak lama kemudian, baris pun selesai. Semua murid kelasku masuk ke kelas satu per satu. Aku dan teman-temanku langsung duduk di bawah. Setiap pagi, dikelasku jika berdo’a duduk di bawah. Semua telah siap. KM pun menyiapkan. Beberapa menit kemudian, do’a selesai. “Apa kabar hari ini?” tanya Bu Diah. Bu Diah adalah wali kelas kelas 4 Zaid bin haritsah. “Alhamdulillah.. Luar biasa.. Allahuakbar.. yes!” jawab semua murid kelas 4 Zaid (tentunya termasuk aku doong..). Setelah itu, Bu Diah mulai bercerita. Beberapa menit kemudian, Bu Diah selesai bercerita. “Yang boleh duduk duluan, yang kemarin infaq” kata Bu Diah memberitahu. “Terus.. yang sekarang infaq” kata Bu Diah memberitahu lagi. “Yang shalat shubuh di masjid” kata Bu Diah memberitahu lagi. “Yang shalat tahajjud” kata Bu Diah. “Yang tilawah enam halaman” kata Bu Diah memberitahu. Karena Bu Diah mengatakan yang tilawah enam halaman, aku pun duduk ke kursi.
Semua sudah duduk di kursi masing-masing. “Assalamualaikum!” seru Bu Shinta seraya masuk ke kelasku. Oh iya, Bu Shinta adalah guru pelajaran Sains alias IPA. “Waalaikumsallam..” jawab semua murid kelasku. “Sebelum kita memulai percobaan, kita baca basmalah terlebih dahulu!” perintah Bu Shinta. “Bismillahirrahmanirrahiim..” kata semua murid kelasku. “Nah, sekarang coba lihat cara kerja membuat roket nya. Ini begini.. terus begini.. bla.. bla. bla” Bu Shinta menjelaskan dengan panjang lebar. Mendengar penjelasan itu, aku mulai membuat roketnya. Sebelumnya, aku sudah menyediakan alat dan bahan-bahannya. Aku masih melihat-lihat orang lain. Lama-kelamaan, aku mencoba untuk membuat roket. Pertama-tama, aku membuka tutup botol aqua yang 600 ml. Kedua, aku memipihkan plastisin dan menutupnya di atas botol. Ketiga, aku memotong sedotan masing-masing 10 cm di bagi 2. Tak lupa juga aku langsung menancapkan sedotan itu ke plastisin yang sudah di tempel. Badan roket sudah selesai. Keempat, gunting karton sebesar 10 cm x 10 cm. Kelima, aku membentuk karton itu menjadi prima. Keenam, aku memasukkan sedotan dan menempelkan solasi kepada karton yang sudah terbentuk menjadi prima. Ketujuh, sambungkan badan roket dan kepala roket. Roket sudah selesai. Aku pun mulai mencoba meluncurkannya dengan cara memencet botol/badan roketnya. Tetapi, roket itu tetap saja diam. Roket itu tak mau meluncur. “Yaah.. gagal total nih. Udah ah simpan aja ke tas” kata ku dalam hati. Tiba-tiba, aku teringat peri bahasa Malu bertanya, sesat di jalan. “Ahh.. tidak.. tidak.. aku harus mencoba nya sekali lagi” kata ku berubah pikiran.
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk bertanya lagi. Sebenarnya, dari tadi aku sudah banyak bertanya. “Bu Shinta, kok roket nya enggak bisa ya?” tanya ku. Bu Shinta masih menjelaskan cara-cara membuat roket kepada salah satu temanku. Aku menghargainya dulu dan aku segera meninggalkan Bu Shinta. “Eh.. kumaha Nadhif” kata Bu Shinta memakai bahasa sunda. “Ooh.. pantesan atuh. Ujung sedotannya di tutup pake selotip” lanjut Bu Shinta. “Oooh.. kirain enggak” kataku seraya meninggalkan Bu Shinta. Aku menuruti kata-kata Bu Shinta. “Waah.. jadi deh! tinggal cobain aja” gumam ku. Dengan semangat, aku mencobanya. Alhasil, roket itu bisa meluncur. “Yeay!” aku melonjak senang. Yang kedua kalinya, roket itu tak bisa meluncur. Aku segera memasuki roket itu ke dalam tas. “Nadhif, udah selesai bikin roketnya?” tanya salah satu temanku. “Udah” jawab ku singkat. Kelas ini yang semula bersih menjadi banyak sampah. Aku berlari menghampiri belakang pintu. Aku bermaksud mengambil sapu. Aku pun menyapu dengan semangat. Walaupun aku enggak piket, tapi aku menyapu. Karena, aku adalah menteri kebersihan.
Tak terasa, pelajaran IPA selesai. Sekarang, waktunya pelajaran ke-2. Yaitu Matematika. Bu Diah masuk ke kelas. Selain Bu Diah Wali Kelasku, Bu Diah juga menjadi guru Metematika di kelas 4. “Assalamualaikum..” salam Bu Diah. “Waalaikumsallam..” jawab semua murid kelasku. Sebelum belajar, Bu Diah mengecek semua kolong meja semua murid kelas 4 Zaid (pastinya termasuk aku). Saat giliran barisanku, aku deg-degan. Ternyata, di barisanku ini banyak sampah. Untung saja di kolong mejaku hanya ada sedikit sampah. Tak seperti teman yang lain, dimejanya banyak sampah. Kemudian, Bu Diah kembali ke depan. “Naah.. sekarang kelasnya sudah bersih cling.. enggak seperti tadi” kata Bu Diah. “Sebelum kita belajar kita ucapkan basmallah terlebih dahulu” lanjut Bu Diah memberitahu. “Bismillahirrahmanirrahiim..” ucap murid kelasku. Bu Diah mulai menjelaskan tentang bilangan romawi. Tak terasa, Bu Diah sudah selesai menjelaskan panjang lebar tentang bilangan romawi. Sekarang, Bu Diah sedang menulis soal untuk latihan. Dengan cepat, aku segera menulis soal yang di tulis oleh Bu Diah. Beberapa menit kemudian, aku sudah selesai mengerjakan soal nya. Aku segera mengumpulkan soal itu. Setelah dinilai, aku langsung memasukkan buku latihan dan catatan Matematika.
Jam berganti jam. Jam sudah menunjukkan pukul 14. 30 atau 03. 30. Semua murid kelas 4 Zaid telah duduk melingkar di bawah untuk bersiap-siap pulang. Semua murid tertib. Wakil KM, Jimmy segera menyiapkan do’a. “Reihandi” panggil bu Diah. Kalian pasti aneh kan, kenapa Bu Diah memanggil Reihandi duluan. Karena, disini jika pulang sesuai kedatangan melewati buku penghubung. Teman-temanku sebagian ada yang sudah pulang. Aku kan masuknya enggak awal banget. Normal aja.. kayak biasa. “Nadhif” Kali ini Bu Diah memanggil aku. Spontan, aku menghampiri Bu Diah. Disana, aku mengambil buku penghubung dan salam. Lalu, aku mengambil sepatu. Tentunya, turun ke bawah laah..
Sesampainya di bawah, aku berjalan. Di tengah perjalanan, tepatnya di depan kelas 1 Ubay aku menyimpan sepatuku di rak sepatu 1 Ubay. Kemudian, aku memasuki kelas 1 Ubay. Di dalam, aku menyimpan tas ku. “Hufh..” aku menarik nafas dalam-dalam seraya kembali berjalan. Sampai sekarang, aku masih belum di jemput. Karena, aku kan ikut ekskul Sains Club. Aku sudah tidak sabar untuk melakukan percobaan nanti. Tetapi, Pak Faridi nya belum ada. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengobrol dengan Raihan Aryo. Aku dan Raihan Aryo mengobrol sebentar. Saat sedang mengobrol, Pak Faridi datang sambil membawa kardus. “Ustadz, sekarang pecobaan nya apa?” tanyaku kepada Pak Faridi. “Rahasia” jawab Pak Faridi singkat. Aku pun meninggalkan Raihan Aryo. Tak lama, aku sudah sampai di dalam kelas 1 Ubay. Pak Faridi mulai absen siswa sains club. Sampai sekarang, masih sebagian siswa sains club yang masih jajan di luar. CEKLEK… pintu kelas 1 Ubay terbuka. Ternyata, itu adalah sebagian siswa yang tadi masih jajan. Karena siswa sains club sudah lengkap, jadi Pak Faridi mulai menjelaskan tentang percobaan. Percobaan kali ini adalah memasukkan telur ke dalam botol tanpa di dorong. Pak Faridi mulai mencontohkan cara kerja nya. Tetapi, telurnya… telurnya… telurnya… hanya masuk sebagian. Nah, sekarang bagian siswa yang mencoba percobaan ini. kelompokku dan yang lain memulai percobaan. Kelompokku, hasilnya baguus sekali. Dan pak Faridi memuji kelompokku.
“Ya, Anak-anak baca hamdalah dulu. Dan shalat Ashar” Pak Faridi memberitahu. Semua siswa sains club (termasuk aku) keluar dari kelas dan segera berwudhu. Aku sudah selesai berwudhu. Aku pun segera masuk ke masjid. “Allahummaf tahli abwaba rahmatikka” aku berdoa sebelum masuk ke masjid. Di masjid, sudah banyak teman-temanku, kakak kelasku, adik kelasku, dan juga guru-guruku. “Allahuakbar.. Allahuakbar.. Asyhaduallailahaillallah” iqamat sudah terdengar. Semua barisan merapatkan sekaligus merapihkan shaff nya. Cukup waktu kurang dari 1 menit, semua shaff atau barisan sudah rapi. ” Allahuakbar” shalat pun segera dimulai. “Assalamualaikum..” shalat diakhiri dengan salam. Sesudah shalat, aku berdzikir dan berdoa terlebih dahulu. 3 menit telah berlalu, aku sudah selesai berdzikir dan berdoa. Aku langsung keluar dari masjid. Lalu, masuk ke kelas 1 Ubay. Disana, Pak Faridi menjelaskan tentang telur itu. Dan juga percobaaan yang lain tapi sama konsepnya. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 sore. Pak Faridi membolehkan siswa sains club untuk beres-beres. Usai beres-beres, Pak Faridi menyiapkan. Semua siswa duduk tertib. Kelmpok akhwat yang pulang duluan. Tiba saatnya kelompokku di pilih untuk pulang. Aku pun bersalaman seraya mengatakan “Assalamualaikum..”. Tak.. tik.. aku berjalan keluar. Aku masih belum juga di jemput. Aku menunggu dulu dengan sabar. Tapi… tak apalah. Di pikiranku, terngiang kata-kata mabit. Jum’at depan, di sekolah ini akan mengadakan mabit. Khusus kelas 4 dan 5. Hmm.. seperti apa ya mabit itu? aku baru pertama kali akan mabit. Tapi.. tunggu saja minggu depan di Hari Jum’at.
Jam berputar. Sekarang, sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Akan tetapi, aku belum juga di jemput. Satu per satu, guru-guru pulang. Tinggal tersisa beberapa guru lagi disini. Untung masih ada Bu Diah wali kelasku. Bu Diah sedang duduk di depan masjid. Sedangkan aku, duduk di tempat duduk dekat kelas 1 bilingual. Yaitu, kelas 1 Ali bin Abitholib. Aku merasa mulai bosan. Aku segera mengambil buku gambarku dan pinsil. Perlahan, aku menggambar dengan senang hati. Baru sebentar aku menggambar, Ummi ku datang untuk menjemput. Dengan gesit, aku merapikan buku gambarku. “Huh.. akhirnya sudah di jemput” gumamku. Bu Diah memanggilku. Bu Diah memanggilku untuk memberitahu jika Ummi sudah menjemputku. Aku berlari menuju Ummi. Kebetulan, Ummi sedang ada di depan Bu Diah. Karena sudah ada aku, Ummi pamit kepada Bu Diah. Spontan, aku salam kepada Bu Diah. Aku dan Ummi meninggalkan Bu Diah.
Di luar sekolah, Aku dan Ummi menaikki Motor. Brem… motor melaju cukup kencang. Tak terasa, aku dan Ummi sudah sampai di rumah. Ummi masih memarkirkan motor. Sedangkan aku, langsung membuka pintu. CEKLEK.. pintu terbuka lebar. Aku pun masuk ke dalam rumah seraya berkata “Assalamualaikum..” “Waalaikumsallam” jawab Abi dan Kak Nida. Aku langsung pergi kekamaerku. Aku menggeser pintu kamarku. Model pintu kamarku itu kan, kaya di Jepang. Itu lho! pintu geser. Terbuat dari kusen alumunium dan kaca tembus pandang. Supaya tidak kelihatan oleh orang-orang, pintu kamaraku di tutupi oleh gorden berwarna hijau. Diatasnya, untuk hiasannya berwarna hijau. Didinding kamarku juga ditempeli wallpaper bergambar kehidupan di laut. Aku segera merebahkan badanku di kasur. Tiba-tiba, aku teringat sahabatku yang sudah pindah ke Tasikmalaya. Yaitu, Fadhli. Aku mengingat-ingat kenangan di kelas 3 bersama Fadhli. Fadhli itu orangnya pendiam, namun sering diejek oleh teman-teman. Kasihan sekali Fadhli. Aku mengambil secarik kertas. Secarik kertas itu, berisi tentang surat untuk Fadhli. Surat ini kubuat waktu dulu. Tepatnya saat Fadhli sudah pindah. Mataku mulai berkaca-kaca. Surat ini tak tersampaikan kepada Fadhli karena, aku tak tahu Alamat yang jelas serta kode posnya. Yang aku tahu, hanyalah Tasikmalaya. Pikiranku campur aduk. Aku tak tahu akan apa. Aku segera menghapus air mataku itu. “Nadhif.. jangan bersedih! nanti kan kamu akan mabit. Suatu saat, pasti kamu akan bertemu lagi dengan Fadhli” hatiku seakan berkata-kata seperti itu. tangisanku itu mulai merda. Perasaan sedihku itu menjadi kebahagiaan. senyuman manisku kembali datang.
1 minggu kemudian…
Sekarang, hari yang ditunggu-tunggu olehku datang. Hari jum’at, tanggal 15 Februari 2013. Aktivitas di sekolah sudah selesai. Maksudnya, semua kelas sudah dipulangkan. Tadi, aku baru saja lomba Pramuka. Aku duduk di teras depan masjid. Aku menonton yang sedang main bola. Sambil menton yang main bola, aku mengobrol bersama Raffy temanku. Aku dan Raffy mengobrol tentang mabit nanti. Jam mudah berlalu. Raffy pun telah di jemput. Aku masih menunggu disini. Rasa bosan sih ada. Tapi, aku harus sabar untuk menunggu di jemput. Memang, aku setiap hari dari kelas 1-4 suka di jemputnya telat (Meski kadang tepat waktu?). Akhirnya, aku memutuskan untuk jalan-jalan keluar sekolah. Belum jauh dari sekolah, terlihat samar-samar orang yang mirip dengan ummiku. Tak lama, orang itu mendekat. Ternyata, dugaanku benar. Itu adalah Ummiku. Aku segera berlari sekencang mungkin ke sekolah. Di sekolah, aku langsung mengambil tasku dan menghampiri Ummiku yang sudah menunggu. “Ummi! sekarang jam berapa?” tanyaku. “Jam 03.00 sore” jawab Ummi. “Keburu enggak? nanti mabit? takutnya telat” aku kembali bertanya-tanya kepada Ummi. “Ehmm.. keburu lah” jawab Ummi. Aku pun segera menaikki motor di belakang. Brem.. motor yang ditumpangi aku melaju perlahan.
Di jalan, aku mengobrol-ngobrol bersama Ummi. Aku dan Ummi berhenti di pedagang Es Buble. Eum.. yumy.. enak… mantap.. delicious.. pokoknya enak banget deh! Aku akan membelinya. Aku langsung turun dari motor. Ummi memberiku uang. “Ummi ke Alfa aja beli apa aja untuk snack mabit. Terserah, yang penting jangan chiki. Nanti aku kesana nyusul” kataku sedikit panjang lebar. Kemudian, aku membeli Es Buble rasa susu putih. Teteh pedagannya dengan ramah memberikan Es buble itu. Akupun membalasnya dengan cara tersenyum manis. Tak lupa, aku membayar Es Buble. “Makasih” kataku. “Samasama dik” sahut Teteh cantik itu. Aku segera meninggalkan Tempat Es Buble. Hentakan kakiku terdengar. Trap.. trap.. aku berjalan menuju sebuah supermarket yaitu Alfamart. 1 menit kemudian, aku sampai di depan Alfamart. Aku menarik pintu. Dengan cepat, aku memasukki Alfamart. Di dalam, sudah ada Ummi yang sedang memilih sesuatu makanan. “Ummi!” aku menghampiri Ummi. Mataku tiba-tiba tertuju pada keranjang yang sudah sebagian terisi oleh makanan. “Mau beli apa? minuman nya?” tanya Ummi lembut. “Hmm..” aku berfikir dulu. “Mau Teh Kotak?” tawar Ummi. “Enggak ah” tolakku. Aku pun membuka lemari es dan mengambil sebuah minuman pulpy rasa lidah buaya. Setelah itu, aku menutup lemari es dan tentunya memasukkan minuman itu ke dalam keranjang. Kemudian, aku menuju rak makanan. Aku mengambil biskuit secukupnya. Tak lama, aku mengajak Ummi untuk ke kasir. 2 menit telah berlalu. Aku sudah ada di luar Alfamart. Sekarang aku sedang menunggu Ummi. Ummi pun keluar dari Alfamart. Aku segera menaiki motor. Ummi menaiki juga dan menyalakan mesin motor. Brem.. motor melaju. Sesampainya di rumah, aku membereskan minuman dan makananku untuk bekal nanti. Lalu, aku wudhu dan shalat Ashar. “Assalamualaikum..” aku mengakhiri shalat dengan salam. Aku langsung menyiapkan barang-barang dan memasukkannya ke tas. Tak lupa, aku akan membawa 22 KKPK. Itu pun masih sebagian masih ada lagi buku KKPK. Tas ku dipenuhi oleh KKPK. Usai memasukkan barang-barang, aku pun keluar. “Ummi… cepet!” teriakku. “Iya sebentar” sahut Ummi. Akhirnya, Aku dan Ummi berangkat ke sekolah sekarang. Sekarang,
Aku sudah sampai di sekolah. Aku langsung salam kepada Ummi. Aku di sambut oleh teman-temanku. Dengan semangat, aku masuk ke dalam sekolah dan masuk ke dalam 1 khalid. Khalid, adalah penyimpanan barang-barang Ikhwan kelas 4 Zaid dan 4 Mush’ab. Aku keluar untuk melihat pemandangan yang ditemani angin sepoi-sepoi.
Kakak kelas dan teman-temanku banyak yang sedang berlarian di lapangan. Ada juga yang membaca buku dan lain-lain. Beberapa menit kemudian, acara mabit dimulai. Oh iya! mabit itu singkatan dari Malam Bina Iman dan Taqwa. Itulah arti dari mabit. Aku menjalani mabit ini dengan senang dan lancar. Meski saat tidur memalukan. Acaranya adalah shalat berjamaah maghrib, istirahat untuk makan, shalat berjamaah isya, menonton, mentoring klasikal, wudhu, sikat gigi, dan tidur. Semua tidur dari jam 11.00. Ada juga yang tidur jam 12.00 bahkan tidak tidur. Setelah tidur, shalat berjamaah thajjud / kiyamullail, murajaah, kuliah tujuh menit lebih, dan membaca Al-matsurat. Nah, itu dia acaranya. Sekian dariku.. inilah ceritaku apa ceritamu?
|