The Owner! Assalamualaikum! Welcome to my blog. Friends! Namaku Muhammad Rafid Nadhif Rizqullah. Kalian boleh memanggilku Rafid atau Nadhif. Aku ketua KPCI 2013 :D pelajar dan penulis. Bandung, Indonesia Tagboard! ![]() Credits!
| Cerpen : Runi?!
Karya : Muhammad Rafid NAdhif Rizqullah
Sinar pagi sudah merekah. Matahari yang sudah terbit, menyerap melalui celah-celah kecil jendela. Dinda membuka gorden jendela yang ditemani senyuman manisnya. “Haaaah… indahnya!” seru Dinda melonjak senang. Dinda melepaas lelah. Baru saja Dinda mencuci piring dan mencuci baju. Dinda adalah salah satu anak panti asuhan di desa terpencil.
“Untung saja! semua masih tidur. Aku kabur saja ah. Aku sudah bosan disini. Aku ingin mencari kehidupan yang baru” gumam Dinda. Perlahan, Dinda berjalan pelan-pelan menelusuri ruangan-ruangan yang ada di Panti Asuhan ini. Sesampainya di luar, Dinda mematung karena Bunda Nita, pengasuh panti Asuhan sedang menyiram tanaman. “Oups” ujar Dinda. Dinda takut bukan main. Apalagi, pintu pagar belakang di kunci. Bagaimana ini?
Dag.. dig.. dug detak jantung Dinda berdetak sangat cepat. bunda Nita sudah selesai menyiram tanaman. Bunda nita menoleh ke belakang. Dinda kehabisan akal. “Hmm.. Aha!” tiba-tiba sebuah ide terbesit di otak Dinda ketika Dinda melihat kursi panjang. Mata Dinda terus tertuju pada kursi panjang itu. Dengan cekatan, Dinda mengumpet di kolong kursi panjang. Gusrak.. O-ow! Dinda bergeekan dengan benda. Spontan, Bunda Nita melihat ke arah kursi panjang. “Meong.. meong” kata Dinda meniru suara kucing sebagai layaknya kucing biasa.
Bunda Nita tidak menghiraukannya. “Fiuh.. hufh..” Dinda menghela nafas. Dinda segera memanjat pagar yang amat tinggi. Bruk.. namun Dinda terjatuh. Lututnya tepatnya pada kulit Dinda robek. Dinda meringis kesakitan. “Auw!” jerit Dinda. Jeritan Dinda yang bergitu nyaring, membuat Bunda Nita kembali keluar. “Gawat” kata dinda dalam hati. “Gawaaaat…!” seru Dinda seraya berlari terbirit-birit seperti di kejar hantu.
Semakin lama, Dinda semakin menjauh dari letak Panti Asuhannya. Dinda harus melewati pasar anker yang terkenal akan hantu dan gedung bertingkat lima puluh. Dinda terpaksa harus melewati Pasar Anker itu.
Di Pasar Angker, Dinda bukannya ketakutan. Bulu kudukknya tidak merinding ataupun berdiri. Dinda justru menangis mengenang adiknya yang bernama Runi. Runi meninggal saat menemani Mama belanja. Tidak lama kemudian, Pasar ini kebakaran. Mama dan Runi meninggal di tempat. Sedangkan papa Dinda, sudah meninggal ketika dinda berumur satu tahun.
Dinda menelusuri lorong-lorong pasar. Pandangan Mata Dinda menerawang ke masa lalu. Air mata satu per satu bercucuran. GEDUBRAK..! Dinda terjatuh. “huhuhuh, Runi, dimana kamu?” tanya Dinda. Tiba-tiba, ada setitik cahaya yang berubah menjadi seseorang. Makin lama, cahaya seseorang itu mendekat dan jelas. Wajah itu seperti Runi!
“Runi! runi!” panggil Dinda. Dinda berlari sekencang-kencangnya. “Kahirunnisa! runi, adikku sayang” kata Dinda seraya memeluk Runi di cahaya itu. “Kakak, ini aku Runi. Aku berubah bentuk. Aku seperti hologram cahaya” jelas Runi menahan rasa haru. Senyum keduanya ; Dinda dan runi, mengembang. “Runi, kakak sendiri disini! seharusnya kamu sudah kelas tiga sd dan kakak kelas 5 sd” kata Dinda. Runi tersenyum sembar menganggukan kepalanya. “ini kak” ujar Runi seraya mneyodorkan dua kalung emas yang berbentuk love. “Apa ini?” tanyaku singkat. “Pakailah dan jagalah ini. Nanti, aku akan kembali lagi kesini dengan tampak manusia seperti biasa bukan cahaya. Aku sudah meninggal. Good bye!” jawab Runi melambaikan tangan. Cahaya itu menghilang dari indra penglihatan. “RUNI!” teriak Dinda. Akan tetapi, terlambat sudah. Runi sudah menghilang entah kemana.
Beberapa Hari kemudian..
“Runi, dimana kamu! aku tagih janjimu” kata Dinda. Dinda kini tinggal di kardus. Tiba-tiba, suara tangisan anak kecil terdengar. “hiks.. hiks.” tangis itu. Dinda menghampiri sumber suara. Oh ternyata! itu adalah anak kelas 3 sd mirip seperti Runi. Tapi… ah tidak usah dibahaslah! “Siapa namamu?” tanya dinda. “aku Runi, Khairunnisa Shakeela” jawab anak itu. “Runi?!” kata Dinda melonjak kegirangan. Dinda memperlihatkan liontin berbentuk love. Runi dan Dinda memeluk bahagia. |