The Owner! Assalamualaikum! Welcome to my blog. Friends! Namaku Muhammad Rafid Nadhif Rizqullah. Kalian boleh memanggilku Rafid atau Nadhif. Aku ketua KPCI 2013 :D pelajar dan penulis. Bandung, Indonesia Tagboard! ![]() Credits!
| Cerpen : Renungan di Malam Nifsu Sya'ban
Karya : Muhammad Rafid NAdhif Rizqullah
Langit yang awalnya berwarna merah bercampur kuning dan oranye, kini perlahan seakan-akan berubah menjadi warna hitam gelap. Matahari senja yang indah, perlahan terbenam tertutup oleh awan-awan. Bulan purnama terbit sekan menggantikan sang surya, mentari di pagi hingga sore hari.
Udara menjadi dingin. Angin berembus sepoi-sepoi. Gemersiknya gesekkan daun bagaikan alunan-alunan yang indah. “Nida!” panggil Ummi. Angin sepoi-sepoi yang bisa di bilang lumayan kencang membuat jilbab Nida terangin-angin. “Apa, Ummi?” tanya Nida seraya menghampiri Ummi. “sebentar lagi mau adzan maghrib tuh. Ayo jawab adzannya” ajak Ummi. Nida hanya mengangguk dengan senyuman yang penuh makna. Tak lama kemudian, adzan maghrib berkumandang. Ummi dan Nidapun menjawab adzan.
Usai adzan maghrib berkumandang, Ummi dan Nida segera mengambil air wudhu. Selesainya berwudhu, Nida dan Ummi langsung menunaikan ibadah shalat maghrib. Setelah selesai shalat, Ummi dan Nida berdzikir dan juga berdo’a. Ayah sedang di masjid menunaikan malam nifsu sya’ban.
Ummi dan Nidapun selesai shalat. “Ummi, sekarang malam apa sih?” tanya Nida polos. “Ini malam nifsu sya’ban sayang” jawab Ummi ramah. “Waah, Nifsu Sya’ban itu apa?” tanya Nida lagi. “Ooh, malam nifsu Sya’ban adalah malam tepatnya mal kita di ambil dan digantikan yang baru” jelas Ummi. “Terus-terus, apalagi?” tanya Nida. Keinginan tahu Nida memang sangat banyak. “Sayang, kamu masih terlalu kecil. Jadi, mungkin kamu tahu suatu saat kelak” kata Ummi.
Namanya Khairunnisa Syahira Syahda Nuraini Allifah Naurah Annida. Namanya memang terlalu panjang. Namun, di balik namanya itu ada untaian do’a yang suci. Orangnya manis, baik, dan imut. Dia berprestasi di sekolah maupun di luar sekolah. Parasnya cantik. hidungnya mancung dan kulitnya putih. Memang, Nida ini keturunan arab. Sekarang, Nida duduk di bangku kelas dua di Sekolah dasar islam terpadu international islamic school.
“Sayang, kita baca Al-Qur’ann yuk!” ajak Ummi. “oke. Siap, okidoki” jawab Nida seraya mengambil Al-Qur’an. Mereka berdua pun asyik membaca Al-Qur’an. “nah, sudah selesai. Sampai sini kita tilawah nya” kata Ummi. Tilawah itu adalah membaca Al-Qur’an. Sedangkan murojaah adalah hafalan Al-Qur’an.
“Nida Sayang, Ummi mau tanya nih. “Apa yang Nida lakukan untuk malam ini?” tanya Ummi sambil merangkul Nida. “Semua anak-anak bersenang-senang” jawab Nida dengan kepolosannya. “bukan sayang, kita harus merenungkan. Walaupun kamu masih kelas dua sd” kata Ummi mengarahkan.
“Jadi, semalaman suntuk ini kita akan…” kata-kata Ummi terputus. “hmmm… Merenungkan!” sela Nida asal tebak. “ya, seratus untuk Nida tercinta” kata Ummi. “kita harus merenungkan segala kesalahan kita ini” ujar Umm. “Kita ini manusia biasa. Semua manusia tidak luput dari kesalahan” sambung Umm. Nida hanya mengangguk dan tersenyum.
“Nah, sekarang bagaimana cara merenungkan dirimu?” tanya Ummi. “Dengan mengunci pintu di kamar!” jawab nida seadanya. “oke, Nida sayang kamu masuk ke kamarmu dan kuncilah” pinta Ummi. Dengan cekatan, Nida mengarah ke arah kamar tidurnya.
“Hmmm… selama ini aku sering marah sama ummi dan Abi. Tidak selalu mengaku ketika berbuat bohong” gumam Nida menyesal. Entah mengapa, tiba-tiba saja ada ide terbesit di otak memori Nida. Nida tergerak untuk menuliskan puisi. Ini dia puisi sederhana Nida :
Satu per satu, air mata jatuh dari mataku.
Malam ini bagaikan malam penentuan Amal kita, sudah di tutup. Dan akan diserahkan kepada Allah Digantikan dengan yang baru Amal kita yang buruk bagaikan kotoran amal yang baik bagaikan sucinya Allah Mulai sekarang kita harus memperbaiki diri Dari sikap yang berlebihan Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku selama ini Ampunilah juga dosa-dosa kedua orangtuaku terutama Ibu Tak lupa, ampunilah dosa kakakku atau pun adik Ampunilah pula keluarga besar. Maupun kakek, nenek, dan lainnya ampunilah teman-temanku di rumah, di sekolah, di dunia maya pula Dan lihat. Orang-orang di luar sana, ampunilah juga dosa-dosanya Kita tahu, kita manusia biasa. Tidak luput dari kesalahan
Nah, itulah puisinya. lalu, Nida membuka laptop dan mencolokkan modemnya. Tring..! Nida mengetik ‘Facebook’ di kolom yang tersedia. Tak lama kemudian, Nida membuat status di facebook.
Teman-teman, ini dia satus-statusnya!
Ya Alloh ampunilah dosa-dosaku yaaa… teman-teman maafkan aku juga ya. Lalu, adapun status lainnya seperti:
Malam ini, ya tepatnya hari ini. Mungkin, selama ini aku ada salah dan membuat kalian sebal, kesal, nafsu, dan sebagainya. Walaupun sebenarnya, aku ini manusia yang tidak luput dari kesalahan. Kalian tahu, sekarang malam apa?
Sekarang adalah malam Nifsu Sya’ban. Tepatnya adalah penutupan amal dan digantikan. Aku tahu, jika aku berlebihan, sombong, atau apalah di mata kalian. Tetapi, ini benar! Aku tulus memaafkan kalian. Pada intinya, maaf kan semua kesalahan yang telah aku perbuat ya. Maaf banget! aku sudah maafkan kalian. Mari kita tingkatkan iman kita
semalam inipun Nida merenungkan di malam nifsu Sya’ban. “Ya Allah, aku cinta Ummi karena Allah” ujar Nida. Satu per satu air mata turun perlahan. Mungkin, inilah renungan di malam nifsu sya’ban
*****
|